ANISA FR - PAPER FARSOS A

PAPER FARMASI SOSIAL

“TERAPI BERPIKIR POSITIF UNTUK MENGURANGI STRES MAHASISWA”

 

                     


DISUSUN OLEH:

NAMA                             : ANISA FAJDUANI RAHADI

NIM                                 : 10118024

TINGKAT/SEMESTER  : II / 4

KELOMPOK                   : A





 

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2020



BAB I

PENDAHULUAN

 

A.           Latar Belakang

Berpikir merupakan aktivitas kerja akal seseorang untuk menghasilkan pemikiran. Pemikiran tersebut dapat berupa positif ataupun negatif. Pemikiran yang positif diarahkan kepada kebiasaan pemecahan masalah. Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran – pikiran, kata – kata, dan gambaran – gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan pemikiran.

Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tingkah laku. Apapun yang dipikirkan menjadi harapan, pikiran positif akan mewujudkannya. Sedangkan pemikiran negatif hanya berusaha menghindar dari pemecahan masalah.

Pemikiran negatif yang berlebihan dapat menimbulkan stres. Dewasa ini permasalahan stres hampir dirasakan semua individu pada kelompok usia di atas 17 tahun, yang mana di dalamnya termasuk kelompok mahasiswa. Menurut penelitian (Widuri, 1995) mengungkapkan bahwa sumber stres yang dialami oleh mahasiswa, antara lain penyesuaian dalam pergaulan mencari teman – teman baru dalam lingkungan kampus, penyesuaian dengan jurusan yang dipilih dimana terkadang tidak sesuai dengan keinginan mahasiswa karena keterbatasan usia dan informasi  mengenai pemilihan jurusan – jurusan di universitas sesuai dengan keterampilan atau minat, serta penyesuaian dengan tugas – tugas kuliah yang banyak dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Sehingga pola pikiran negatif dapat mempengaruhi perasaan dan sikap yang berdampak negatif bagi fisik maupun psikis manusia.

Dengan demikian, kemampuan berpikir positif sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan bagi para mahasiswa guna mencapai kesuksesan baik di universitas maupun di masyarakat. Dengan berpikir positif maka akan membentuk kepribadian yang baik, menambah kreativitas, menciptakan hubungan yang sehat antar individu, serta meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Mahasiswa akan memiliki integritas pribadi dan sikap optimis sehingga terhindar dari kecemasan, rendah diri, serta sikap pesimis.

 

 

B.            Rumusan Masalah

Apakah dengan berpikir positif dapat digunakan untuk mengurangi stres di kalangan mahasiswa?

 

C.           Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui apakah dengan berpikir positif dapat efektif untuk mengurangi stres di kalangan mahasiswa.


 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.           Berpikir Positif

1.      Pengertian Berpikir Positif

Berpikir adalah aktivitas psikis yang internasional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Dengan demikian bahwa dalam berpikir itu seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi (Soemanto, 1998).

Berpikir positif adalah kemampuan berpikir seseorang untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya, sebagai bahan yang berharga untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima. Peale menyatakan bahwa individu yang berpikir positif akan mendapatkan hasil yang positif dan individu yang berpikir negatif akan mendapatkan hasil yang negatif (Peale, 2006).

Berpikir positif juga dapat diartikan sebagai cara berpikir yang berangkat dari hal-hal baik, yang mampu menyulut semangat untuk melakukan perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dalam konteks inilah berpikir positif telah menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan dan membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya (Arifin, 2011).

Dari beberapa definisi secara umum di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir positif merupakan aktivitas berpikir yang dilakukan untuk membangun dan membangkitkan aspek positif pada diri, sehingga memunculkan perasaan, perilaku, dan hal yang baik dan telah menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan individu untuk meninggalkan hal-hal negatif yang dapat melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya.

2.      Indikator Berpikir Positif

Berikut ini adalah beberapa indikator individu yang selalu berpikir positif (Asmani, 2009):

a.         Percaya Diri

Bila seseorang berpikiran positif maka ia akan yakin pada dirinya sendiri serta pada orang lain.

b.         Inisiatif

Keyakinan bahwa hidup ini positif dapat menimbulkan keinginan kuat dalam diri untuk mencoba hal-hal baru.

c.          Ketekunan

Berpikiran positif dapat membuat individu akan tetap tekun berusaha hingga hal-hal positif itu benar-benar terjadi. Bahkan bila ada berbagai halangan sekalipun akan tetap pantang mundur.

d.         Kreativitas

Berpikiran positif dapat menumbuhkan keinginan besar pada individu untuk terus menyelidiki, bertanya, serta mencari tantangan-tantangan baru.

e.          Kepemimpinan

Berpikiran positif dapat membangun hubungan baik dengan orang lain. Hubungan baik dengan orang lain merupakan modal awal sebagai seorang pemimpin.

f.           Perkembangan

Berpikiran positif dapat membuat pintu peluang untuk tumbuh berkembang terbuka lebar. Sikap yang baik akan membuat haus perkembangan.

g.         Kemampuan menghasilkan sesuatu

Individu yang berpikiran positif pasti mampu menghasilkan sesuatu.

3.      Tujuan Berpikir Positif

Berpikir positif akan membawa individu untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan. Orang yang berpikir positif mengetahui dengan tepat apa yang mereka inginkan, mereka harus meraihnya dengan kepastian yang terarah dan usaha yang pantang menyerah. Dalam diri mereka terdapat antusiasme, semangat yang tetap bertahan dalam setiap situasi sulit yang penuh ragu-ragu (Peale, 2006).

4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif

Menurut Albrecht (1994) pada area verbalisasi positif mengandung faktor-faktor yang berkaitan dengan berpikir positif, antara lain:

a.      Harapan yang positif

Albrecht berpendapat bahwa individu yang berpikir positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya ke hal-hal yang positif, akan berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta kasih daripada kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan sehingga individu akan bersikap positif dalam menghadapi permasalahan (Albrecht, 1994).

b.       Afirmasi diri

Afirmasi atau affirmation berasal dari kata affirm yang menurut kamus Merriam-Webster berarti to make firm, atau membuat sesuatu menjadi kokoh atau kuat. Afirmasi adalah pernyataan yang diulang-ulang baik secara verbal atau dalam hati, merupakan pernyataan emosional yang akan membawa seseorang untuk berpikir dan beraksi. Afirmasi merupakan suatu teknik yang bisa memperkuat pikiran bawah sadar. Jika individu terus melakukan afirmasi positif dalam dirinya, atau menyampaikan hal-hal positif kepada diri sendiri, maka pikiran bawah sadae akan terbiasa oleh afirmasi positif tersebut.

c.       Pernyataan yang tidak menilai

Suatu pernyataan yang lebih mengarah pada penggambaran keadaan daripada menilai keadaan, menerima kenyataan yang ada, tidak kaku dan fanatik dalam pendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan negatif terhadap sesuatu hal (Albrecht, 1994).

d.      Penyesuaian terhadap kenyataan

Mengakui kenyataan dengan segera berusaha menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, kasihan diri, dan menyalahkan diri, menerima masalah dan berusaha menghadapinya adalah salah satu ciri dari orang yang berpikir positif. Mereka menganggap bahwa masalah sebagai bagian kehidupan yang harus dihadapi (Albrecht, 1994).

 

B.            Stres

1.      Pengertian Stres

Menurut Sarafino (1994) stres merupakan suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Selanjutnya Hawari (1997) mendefinisikan stres sebagai tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban yang bersifat nonspesifik. Stres dapat juga merupakan faktor pencetus penyebab gangguan atau suatu penyakit.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu tanggapan atau reaksi tubuh yang disebabkan adanya transaksi individu dengan lingkungan yang dapat menimbulkan emosi negatif berupa ketegangan yang mempengaruhi munculnya reaksi biologis, psikologis, dan perilaku individu.

2.      Gejala-gejala Stres

Gejala stres dapat dilihat dari gejala biologis, psikologis, kognitif dan perilaku yang dikemukakan oleh Davison, Neale, dan Kring (2006) seperti berikut:

a.         Gejala Biologis

Gejala biologis merupakan bagian dari respon yang mempengaruhi gangguan psikofisiologis dalam organ tertentu. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis adalah adanya faktor genetik, penyakit yang pernah diderita sebelumnya, diet dapat mengganggu sistem organ tertentu, adanya efek pada berbagai macam sistem tubuh seperti sistem syaraf otonom, level hormon, dan aktivitas otak yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan timbulnya stres.

b.         Gejala Psikologis

Davison, Nelson, dan Agus (dalam Amin & Al-Fandi, 2007) mengelompokkan gejala psikologis meliputi rasa khawatir, cemas, gelisah, takut, mudah marah, suka murung, dan tidak mampu menanggulanginya.

c.          Gejala Kognitif dan Perilaku

Menurut Hardjana (1994) gejala kognitif itu seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan, kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas/prestasi kerja menurun, dalam berkerja banyak melakukan kekeliruan.

3.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Stres

a.       Faktor dari dalam individu

1)      Perilaku individu untuk memprediksi stresor sehingga mempengaruhi lamanya keberlangsungan mengatasi stresor, dan tingkat toleransi frustasi yang dialami. Hal ini mengiringi kemunculan potensi dan aktualisasi diri individu pada kekurang efektifan managemen stres yang dilakukannya.

2)      Sumber daya pribadi berupa optimalisasi potensi kecerdasan intelektual, artifisial, emosional, religiusitas, adversity yang mempengaruhi efikasi diri atau keyakinan akan kemampuan seseorang untuk mengendalikan situasi yang menekan dan keputisasaan serta karakter pribadi yang tahan banting.

3)      Kesakitan fisik dan psikologis yang mengakibatkan perubahan psikofisiologis yang terjadi akibat penyakit atau gangguan kesehatan yang dialami.

4)      Tipe kepribadian individu. Individu dengan tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B sering kali berbeda tingkat stresnya. Semua itu tergantung dengan cara pemecahan masalahnya dan respon fisiknya saat individu mengatasi konflik psikologis dan fisiologis.

b.      Faktor dari luar individu

1)      Peristiwa kehidupan. Peristiwa yang menekan berupa stres mikro yaitu kejadian menekan yang dialami individu sehari-hari, sehingga individu mengalami frustasi, sakit hati atau tertekan. Peristiwa kehidupan ini dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan alam, sosial, dan fisik.

2)      Dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan dukungan yang berasal dari kemampuan mengembangkan dan memelihara jalinan hubungan sosial dalam bentuk keberadaan dan emosi. Dukungan sosial berhubungan dengan kejadian nyata untuk membantu memecahkan masalah seseorang yang berhubungan dengan stres dan penyakit.

3)      Hubungan sosial. Proses hubungan sosial yang mempengaruhi kesehatan dibagi menjadi dua kelompok: a) Proses yang melibatkan perubahan sumber emosional, informasional, dan instrumental dalam merespon persepsi bantuan yang diberikan oleh orang lain. b) Proses yang berfokus pada bertambahnya manfaat bagi individu dari satu atau lebih kelompok sosial yang berbeda.

4)      Keluarga. Keberadaan keluarga sebagai dukungan yang bersifat nyata dan suportif tetapi disamping itu, setiap anggota keluarga memiliki perilaku, kebutuhan, dan kepribadian yang berbeda-beda. Tidak jarang dengan perbedaan-perbedaan itu akan menimbulkan stres pada sebagian individu.

5)      Pekerjaan. Pekerjaan akan mempengaruhi terjadinya stres secara spesifik yaitu stres kerja. Masalah pekerjaan merupakan sumber stres yang kedua setelah perkawinan seperti pekerjaan terlalu banyak, PHK, mutasi, dan lain sebagainya.

6)      Budaya. Budaya mempengaruhi bentuk dan respon stres dan distres yang dialami individu. Individu dengan budaya yang berbeda dapat merespon stres dengan cara yang berbeda meskipun stresor yang dialami sama.

 

C.           Mahasiswa

1.      Pengertian Mahasiswa

Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Taufik, 2010). Salim dan Salim (dalam Spica, 2008) mengatakan bahwa mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi.

Mahasiswa secara harfiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Menurut Budiman (2006), mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi.

2.      Ciri-ciri Mahasiswa

Menurut Kartono (dalam Siregar, 2006), mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:

a.       Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelektual.

b.      Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.

c.       Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi.

d.      Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

 


BAB III

PEMBAHASAN

 

Menurut Victor Hugo seorang penulis terkenal, mengatakan bahwa pikiran adalah kekuatan yang sangat efektif, tanpanya setiap kekuatan hanya besar saja. Oleh karena itu, kemuliaan manusia yang diberi oleh sang Pencipta terletak pada pikiran atau akal budi manusia yang sering disebut kekuatan pikiran. Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang (Bochenski, dalam Suriasumantri, 2018). Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Dengan berpikir, manusia dapat memilih keputusannya dan membedakan hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi hidupnya di masa sekarang dan masa depan serta bertanggung jawab akan keputusannya. Sehingga kekuatan pikiran sangat diperlukan untuk mempengaruhi tindakan, perasaan , sikap bahkan fisik manusia.

Menurut penelitian (Widuri, 1995) mengungkapkan bahwa sumber stres yang dihadapi oleh mahasiswa, antara lain penyesuaian dalam pergaulan mencari teman-teman baru dalam lingkungan kampus, penyesuian dengan jurusan yang dipilih dimana terkadang tidak sesuai dengan keinginan mahasiswa karena keterbatasan usia dan informasi mengenai pemilihan jurusan-jurusan di universitas sesuai dengan keterampilan atau minat, serta penyesuaian dengan tugas-tugas kuliah yang banyak dengan tingkat kesulitan yang tinggi pula dibandingkan dengan tugas di masa sekolah dahulu, dan penyesuaian waktu antara berkuliah dengan bekerja bagi yang tidak mampu menanggung uang perkuliahan. Sehingga pola pikiran negatif dapat mempengaruhi perasaan dan sikap yang berdampak negatif bagi fisik manusia.

Disamping sumber masalah di atas yang membuat mahasiswa menjadi stres, juga disebabkan oleh pola pikir yang negatif terhadap dirinya, lingkungan dan masalah yang dihadapinya. Pikiran-pikiran negatif yang sering kali muncul dapat menyebabkan stres, cemas maupun depresi obsesif. Sumber permasalahan berupa pola pikir yang negatif terhadap diri, lingkungan dan masalah yang dihadapi pada hakekatnya merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan hidup sehingga individu perlu mengantisipasinya (Stallard, 2005). Wicaksana (2005) menambahkan bahwa kondisi stres dapat berlanjut menjadi gangguan mental dan perilaku, namun dapat pula tidak karena tergantung pada kuat lemahnya status mental atau kepribadian seseorang. Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan kampus. Sehingga stres harus dikelola agar tidak menjadi gangguan yang serius.

Pengelolaan stres biasanya berhubungan dengan strategi koping. Koping membantu individu menghilangkan, mengurangi, mengatur atau mengelola stres yang dialaminya. Koping dipandang sebagai faktor penyeimbang usaha individu untuk mempertahankan penyesuaian dirinya selama menghadapi situasi yang dapat menimbulkan stres. Menurut Elfiky (2011) berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber kekuatan karena berpikir positif dapat membantu kita memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu kita bertambah mahir, percaya diri, dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengan berpikir positif akan terbebas dari penderitaan dan pikiran negatif. Dengan berpikir positif yang dilakukan oleh mahasiswa dapat mengatasi dan menurunkan tingkat stres dalam masalah perkuliahan yang dijalaninya (Kholidah & Alisa, 2012; Pedrotti & Synder, 2015; Starllard, 2005; Wicaksana, 2005; Widuri, 1995).

Dengan demikian, berpikir positif sangat bermanfaat untuk mengatasi stres mahasiswa adapun beberapa kegiatan atau upaya yang bisa dilakukan untuk berpikir postif. Seperti di dalam lingkungan pertemanan lebih baik kita bergaul dengan orang yang selalu berpikir positif karena dapat mempengaruhi pola pikir kita, serta memperbanyak membaca buku yang berisi motivasi yang dapat memperkaya nilai-nilai positif kita seperti buku tentang biografi inspirasional, tokoh-tokoh pejuang yang telah membawa pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya dan kehadiran mereka di dunia mampu menginspirasi orang untuk berbuat baik.

Upaya lainnya dengan memberi pujian kepada orang lain, ini akan membantu mempermudah kita melihat sisi baik dalam diri seseorang sehingga membuat kita selalu berpikir positif dan jauh dari prasangka negatif. Dengan selalu bersyukur kepada Allah akan semakin menumbuhkan sifat dan pikiran positif dalam diri kita dan membuat hidup menjadi lebih mudah tidak seberat seperti yang dipikirkan sebelumnya. Melatih diri dengan hal-hal positif seperti cara hidup sehat untuk meningkatkan kualitas dalam diri kita. Istirahatlah yang cukup (7-8 jam sehari), dan berolahraga, akan sangat membantu dalam mengelola stres dengan baik. Menjaga kesehatan fisik dan mental akan memberi kita lebih banyak energi untuk fokus pada pemikiran positif dan mengabaikan pikiran negatif yang tidak mendatangkan manfaat apa-apa.

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

A.           Kesimpulan

Berpikir positif cukup efektif untuk mengatasi stres yang dialami oleh kalangan mahasiswa. Dengan menerapkan perilaku berpikir positif terus menerus akan dapat menghasilkan perasaan yang positif sehingga menimbulkan perilaku yang positif pula.

 

B.            Saran

 Perilaku berpikir positif sebaiknya digunakan sebagai kebutuhan hidup setiap individu, tidak hanya sekadar gaya hidup.


 

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, K. 1994. The Northbound Train: Finding the purpose, setting the direction, shaping the destiny of your organization. California, USA: American Management Association.

 

Amin, S. M. & Al-Fandi, H. 2007. Kenapa Harus Stress Terapi Stress Ala Islam. Jakarta: Amzah.

 

Arifin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

 

Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Strategi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Diva Press.

 

Budiman, A. 2006. Kebebasan, negara, dan pembangunan. Jakarta: Alvabet.

 

Davison, G. C., Neale, J. M. Dan Kring, A. M. 2006. Psikologi Abnormal (9th ed). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 

Elfiky, Ibrahim. 2011. Terapi Berpikir Positif. Jakarta: Zaman.

 

Hardjana, Agus M. 1994. Stres tanpa Distres, Seni Mengolah Stres. Yogyakarta: Kanisius.

 

Hawari, D. 1997. Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa.

Kholidah, E. Nur., & Alsa, A. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres PsikologisJurnal Psikologi39(1), 67 – 75.

Peale, N. V. 2006. Berpikir Positif. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Snyder, C.R. (2015). Positive psychology: The Scientific and practical explorations of human strengths (3rd ed). London : SAGE Publications.

 

Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology Biopsychosocial Interactions (5th ed). USA: John Willey & Sons Inc.

 

Siregar, C. J. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

 

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.

 

Spica, Bima. 2008. Perilaku Prososial Mahasiswa Ditinjau dari Empati dan Dukungan Sosial Teman Sebaya. Skripsi. Universitas Katolik Soegidjapranata. Semarang.

 

Stallard, P. (2005). A clinician’s guide to think good-feel good:Using CBT with children and young people. West sussex: John Wiley & Sons.

 

Surisumantri. 2018. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.psikologi_pendidikan.com//html.

 

Takwin, Bagus. 2008. Diri dan Pengelolaannya. Jurnal Psikologi Vol. 14. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

 

Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problema Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.

 

Wicaksana. 2005. Depresi dan Solusinya. Diunduh dari http:// www.psychology.yahoo.com.

 

Widuri, E.L. 1995. Hubungan Religiusitas dan Stres Pada Mahasiswa Universitas Gadjah Mada YogyakartaSkripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

 


Komentar