ANISA FR - PAPER FARSOS A
PAPER
FARMASI SOSIAL
“TERAPI
BERPIKIR POSITIF UNTUK MENGURANGI STRES MAHASISWA”
DISUSUN
OLEH:
NAMA : ANISA FAJDUANI
RAHADI
NIM : 10118024
TINGKAT/SEMESTER : II / 4
KELOMPOK : A
PROGRAM
STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS
FARMASI
INSTITUT
ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir
merupakan aktivitas kerja akal seseorang untuk menghasilkan pemikiran.
Pemikiran tersebut dapat berupa positif ataupun negatif. Pemikiran yang positif
diarahkan kepada kebiasaan pemecahan masalah. Berpikir positif merupakan sikap
mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran – pikiran, kata – kata, dan
gambaran – gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan pemikiran.
Pikiran
positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam
setiap situasi dan tingkah laku. Apapun yang dipikirkan menjadi harapan,
pikiran positif akan mewujudkannya. Sedangkan pemikiran negatif hanya berusaha
menghindar dari pemecahan masalah.
Pemikiran
negatif yang berlebihan dapat menimbulkan stres. Dewasa ini permasalahan stres
hampir dirasakan semua individu pada kelompok usia di atas 17 tahun, yang mana
di dalamnya termasuk kelompok mahasiswa. Menurut penelitian (Widuri, 1995)
mengungkapkan bahwa sumber stres yang dialami oleh mahasiswa, antara lain
penyesuaian dalam pergaulan mencari teman – teman baru dalam lingkungan kampus,
penyesuaian dengan jurusan yang dipilih dimana terkadang tidak sesuai dengan
keinginan mahasiswa karena keterbatasan usia dan informasi mengenai pemilihan jurusan – jurusan di
universitas sesuai dengan keterampilan atau minat, serta penyesuaian dengan
tugas – tugas kuliah yang banyak dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Sehingga
pola pikiran negatif dapat mempengaruhi perasaan dan sikap yang berdampak
negatif bagi fisik maupun psikis manusia.
Dengan
demikian, kemampuan berpikir positif sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan bagi
para mahasiswa guna mencapai kesuksesan baik di universitas maupun di masyarakat.
Dengan berpikir positif maka akan membentuk kepribadian yang baik, menambah
kreativitas, menciptakan hubungan yang sehat antar individu, serta meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani. Mahasiswa akan memiliki integritas pribadi dan
sikap optimis sehingga terhindar dari kecemasan, rendah diri, serta sikap
pesimis.
B.
Rumusan Masalah
Apakah
dengan berpikir positif dapat digunakan untuk mengurangi stres di kalangan
mahasiswa?
C.
Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui apakah dengan berpikir positif dapat efektif untuk mengurangi stres
di kalangan mahasiswa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Berpikir Positif
1.
Pengertian Berpikir Positif
Berpikir adalah aktivitas psikis yang internasional,
dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan.
Dengan demikian bahwa dalam berpikir itu seseorang menghubungkan pengertian
satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan
yang dihadapi (Soemanto, 1998).
Berpikir positif adalah kemampuan berpikir seseorang
untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya, sebagai bahan yang berharga
untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang
harus diterima. Peale menyatakan bahwa individu yang berpikir positif akan
mendapatkan hasil yang positif dan individu yang berpikir negatif akan
mendapatkan hasil yang negatif (Peale, 2006).
Berpikir positif juga dapat diartikan sebagai cara
berpikir yang berangkat dari hal-hal baik, yang mampu menyulut semangat untuk
melakukan perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dalam konteks inilah
berpikir positif telah menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan dan
membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal negatif yang bisa melemahkan
semangat perubahan dalam jiwanya (Arifin, 2011).
Dari beberapa definisi secara umum di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir positif merupakan aktivitas berpikir yang dilakukan
untuk membangun dan membangkitkan aspek positif pada diri, sehingga memunculkan
perasaan, perilaku, dan hal yang baik dan telah menjadi sebuah sistem berpikir
yang mengarahkan individu untuk meninggalkan hal-hal negatif yang dapat
melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya.
2.
Indikator Berpikir Positif
Berikut ini adalah beberapa indikator individu yang
selalu berpikir positif (Asmani, 2009):
a.
Percaya Diri
Bila
seseorang berpikiran positif maka ia akan yakin pada dirinya sendiri serta pada
orang lain.
b.
Inisiatif
Keyakinan
bahwa hidup ini positif dapat menimbulkan keinginan kuat dalam diri untuk
mencoba hal-hal baru.
c.
Ketekunan
Berpikiran
positif dapat membuat individu akan tetap tekun berusaha hingga hal-hal positif
itu benar-benar terjadi. Bahkan bila ada berbagai halangan sekalipun akan tetap
pantang mundur.
d.
Kreativitas
Berpikiran
positif dapat menumbuhkan keinginan besar pada individu untuk terus
menyelidiki, bertanya, serta mencari tantangan-tantangan baru.
e.
Kepemimpinan
Berpikiran
positif dapat membangun hubungan baik dengan orang lain. Hubungan baik dengan
orang lain merupakan modal awal sebagai seorang pemimpin.
f.
Perkembangan
Berpikiran
positif dapat membuat pintu peluang untuk tumbuh berkembang terbuka lebar.
Sikap yang baik akan membuat haus perkembangan.
g.
Kemampuan menghasilkan sesuatu
Individu
yang berpikiran positif pasti mampu menghasilkan sesuatu.
3.
Tujuan Berpikir Positif
Berpikir positif akan membawa individu untuk
mencapai kesuksesan dan keberhasilan. Orang yang berpikir positif mengetahui
dengan tepat apa yang mereka inginkan, mereka harus meraihnya dengan kepastian
yang terarah dan usaha yang pantang menyerah. Dalam diri mereka terdapat
antusiasme, semangat yang tetap bertahan dalam setiap situasi sulit yang penuh
ragu-ragu (Peale, 2006).
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif
Menurut Albrecht (1994) pada area verbalisasi
positif mengandung faktor-faktor yang berkaitan dengan berpikir positif, antara
lain:
a.
Harapan yang positif
Albrecht berpendapat bahwa individu yang berpikir
positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya ke hal-hal yang positif, akan
berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta kasih daripada kebencian,
kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada ketakutan, kepuasan daripada
kekecewaan sehingga individu akan bersikap positif dalam menghadapi
permasalahan (Albrecht, 1994).
b.
Afirmasi
diri
Afirmasi atau affirmation
berasal dari kata affirm yang
menurut kamus Merriam-Webster berarti to
make firm, atau membuat sesuatu menjadi kokoh atau kuat. Afirmasi adalah
pernyataan yang diulang-ulang baik secara verbal atau dalam hati, merupakan
pernyataan emosional yang akan membawa seseorang untuk berpikir dan beraksi.
Afirmasi merupakan suatu teknik yang bisa memperkuat pikiran bawah sadar. Jika
individu terus melakukan afirmasi positif dalam dirinya, atau menyampaikan
hal-hal positif kepada diri sendiri, maka pikiran bawah sadae akan terbiasa
oleh afirmasi positif tersebut.
c.
Pernyataan yang tidak menilai
Suatu pernyataan yang lebih mengarah pada
penggambaran keadaan daripada menilai keadaan, menerima kenyataan yang ada,
tidak kaku dan fanatik dalam pendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai
pengganti pada saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan negatif
terhadap sesuatu hal (Albrecht, 1994).
d.
Penyesuaian terhadap kenyataan
Mengakui kenyataan dengan segera berusaha
menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, kasihan diri, dan
menyalahkan diri, menerima masalah dan berusaha menghadapinya adalah salah satu
ciri dari orang yang berpikir positif. Mereka menganggap bahwa masalah sebagai
bagian kehidupan yang harus dihadapi (Albrecht, 1994).
B.
Stres
1.
Pengertian Stres
Menurut Sarafino (1994) stres merupakan suatu
kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Selanjutnya Hawari (1997) mendefinisikan stres sebagai tanggapan atau reaksi
tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban yang bersifat nonspesifik. Stres
dapat juga merupakan faktor pencetus penyebab gangguan atau suatu penyakit.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa stres adalah suatu tanggapan atau reaksi tubuh yang
disebabkan adanya transaksi individu dengan lingkungan yang dapat menimbulkan
emosi negatif berupa ketegangan yang mempengaruhi munculnya reaksi biologis,
psikologis, dan perilaku individu.
2.
Gejala-gejala Stres
Gejala stres dapat dilihat dari gejala biologis,
psikologis, kognitif dan perilaku yang dikemukakan oleh Davison, Neale, dan
Kring (2006) seperti berikut:
a.
Gejala Biologis
Gejala
biologis merupakan bagian dari respon yang mempengaruhi gangguan
psikofisiologis dalam organ tertentu. Salah satu faktor yang mempengaruhi
biologis adalah adanya faktor genetik, penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, diet dapat mengganggu sistem organ tertentu, adanya efek pada berbagai
macam sistem tubuh seperti sistem syaraf otonom, level hormon, dan aktivitas
otak yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan timbulnya stres.
b.
Gejala Psikologis
Davison,
Nelson, dan Agus (dalam Amin & Al-Fandi, 2007) mengelompokkan gejala
psikologis meliputi rasa khawatir, cemas, gelisah, takut, mudah marah, suka
murung, dan tidak mampu menanggulanginya.
c.
Gejala Kognitif dan Perilaku
Menurut
Hardjana (1994) gejala kognitif itu seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat
keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan,
kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas/prestasi kerja menurun, dalam
berkerja banyak melakukan kekeliruan.
3.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Stres
a.
Faktor dari
dalam individu
1)
Perilaku
individu untuk memprediksi stresor sehingga mempengaruhi lamanya
keberlangsungan mengatasi stresor, dan tingkat toleransi frustasi yang dialami.
Hal ini mengiringi kemunculan potensi dan aktualisasi diri individu pada
kekurang efektifan managemen stres yang dilakukannya.
2)
Sumber daya
pribadi berupa optimalisasi potensi kecerdasan intelektual, artifisial,
emosional, religiusitas, adversity yang mempengaruhi efikasi diri atau
keyakinan akan kemampuan seseorang untuk mengendalikan situasi yang menekan dan
keputisasaan serta karakter pribadi yang tahan banting.
3)
Kesakitan fisik
dan psikologis yang mengakibatkan perubahan psikofisiologis yang terjadi akibat
penyakit atau gangguan kesehatan yang dialami.
4)
Tipe kepribadian
individu. Individu dengan tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B sering kali
berbeda tingkat stresnya. Semua itu tergantung dengan cara pemecahan masalahnya
dan respon fisiknya saat individu mengatasi konflik psikologis dan fisiologis.
b.
Faktor dari luar
individu
1)
Peristiwa kehidupan. Peristiwa yang menekan berupa stres mikro yaitu
kejadian menekan yang dialami individu sehari-hari, sehingga individu mengalami
frustasi, sakit hati atau tertekan. Peristiwa kehidupan ini dapat disebabkan
oleh perubahan lingkungan alam, sosial, dan fisik.
2)
Dukungan sosial.
Dukungan sosial merupakan dukungan yang berasal dari kemampuan mengembangkan
dan memelihara jalinan hubungan sosial dalam bentuk keberadaan dan emosi.
Dukungan sosial berhubungan dengan kejadian nyata untuk membantu memecahkan
masalah seseorang yang berhubungan dengan stres dan penyakit.
3)
Hubungan sosial.
Proses hubungan sosial yang mempengaruhi kesehatan dibagi menjadi dua kelompok:
a) Proses yang melibatkan perubahan sumber emosional, informasional, dan
instrumental dalam merespon persepsi bantuan yang diberikan oleh orang lain. b)
Proses yang berfokus pada bertambahnya manfaat bagi individu dari satu atau
lebih kelompok sosial yang berbeda.
4)
Keluarga.
Keberadaan keluarga sebagai dukungan yang bersifat nyata dan suportif tetapi
disamping itu, setiap anggota keluarga memiliki perilaku, kebutuhan, dan
kepribadian yang berbeda-beda. Tidak jarang dengan perbedaan-perbedaan itu akan
menimbulkan stres pada sebagian individu.
5)
Pekerjaan.
Pekerjaan akan mempengaruhi terjadinya stres secara spesifik yaitu stres kerja.
Masalah pekerjaan merupakan sumber stres yang kedua setelah perkawinan seperti
pekerjaan terlalu banyak, PHK, mutasi, dan lain sebagainya.
6)
Budaya.
Budaya mempengaruhi bentuk dan respon stres dan distres yang dialami individu.
Individu dengan budaya yang berbeda dapat merespon stres dengan cara yang
berbeda meskipun stresor yang dialami sama.
C.
Mahasiswa
1.
Pengertian Mahasiswa
Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, mahasiswa
adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Taufik, 2010). Salim dan
Salim (dalam Spica, 2008) mengatakan bahwa mahasiswa adalah orang yang
terdaftar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi.
Mahasiswa secara harfiah adalah orang yang belajar
di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, atau akademi. Mereka yang
terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai
mahasiswa (Takwin, 2008). Menurut Budiman (2006), mahasiswa adalah orang yang
belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi
suatu keahlian tingkat sarjana.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang sedang menjalani pendidikan
tinggi di sebuah perguruan tinggi.
2.
Ciri-ciri Mahasiswa
Menurut Kartono (dalam Siregar, 2006), mahasiswa
merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:
a.
Mempunyai
kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat
digolongkan sebagai kaum intelektual.
b.
Yang karena
kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu
dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
c.
Diharapkan dapat
menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi.
d.
Diharapkan dapat
memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Victor Hugo seorang penulis terkenal, mengatakan bahwa pikiran
adalah kekuatan yang sangat efektif, tanpanya setiap kekuatan hanya besar saja.
Oleh karena itu, kemuliaan manusia yang diberi oleh sang Pencipta terletak pada
pikiran atau akal budi manusia yang sering disebut kekuatan pikiran. Definisi
yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam
diri seseorang (Bochenski, dalam Suriasumantri, 2018). Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian. Dengan berpikir, manusia dapat memilih keputusannya dan
membedakan hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi hidupnya di masa sekarang
dan masa depan serta bertanggung jawab akan keputusannya. Sehingga kekuatan
pikiran sangat diperlukan untuk mempengaruhi tindakan, perasaan , sikap bahkan
fisik manusia.
Menurut penelitian (Widuri, 1995) mengungkapkan bahwa sumber
stres yang dihadapi oleh mahasiswa, antara lain penyesuaian dalam pergaulan
mencari teman-teman baru dalam lingkungan kampus, penyesuian dengan jurusan
yang dipilih dimana terkadang tidak sesuai dengan keinginan mahasiswa karena
keterbatasan usia dan informasi mengenai pemilihan jurusan-jurusan di
universitas sesuai dengan keterampilan atau minat, serta penyesuaian dengan
tugas-tugas kuliah yang banyak dengan tingkat kesulitan yang tinggi pula
dibandingkan dengan tugas di masa sekolah dahulu, dan penyesuaian waktu antara
berkuliah dengan bekerja bagi yang tidak mampu menanggung uang perkuliahan.
Sehingga pola pikiran negatif dapat mempengaruhi perasaan dan sikap yang
berdampak negatif bagi fisik manusia.
Disamping sumber masalah di atas yang membuat mahasiswa menjadi stres, juga
disebabkan oleh pola pikir yang negatif terhadap dirinya, lingkungan dan
masalah yang dihadapinya. Pikiran-pikiran negatif yang sering kali muncul dapat
menyebabkan stres, cemas maupun depresi obsesif. Sumber permasalahan berupa
pola pikir yang negatif terhadap diri, lingkungan dan masalah yang dihadapi
pada hakekatnya merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan hidup sehingga
individu perlu mengantisipasinya (Stallard, 2005). Wicaksana
(2005) menambahkan bahwa kondisi stres dapat berlanjut menjadi gangguan
mental dan perilaku, namun dapat pula tidak karena tergantung pada kuat
lemahnya status mental atau kepribadian seseorang. Stres adalah bagian yang tak
terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan kampus. Sehingga stres
harus dikelola agar tidak menjadi gangguan yang serius.
Pengelolaan stres biasanya berhubungan dengan strategi koping. Koping
membantu individu menghilangkan, mengurangi, mengatur atau mengelola stres yang
dialaminya. Koping dipandang sebagai faktor penyeimbang usaha individu untuk
mempertahankan penyesuaian dirinya selama menghadapi situasi yang dapat
menimbulkan stres. Menurut Elfiky (2011) berpikir positif adalah sumber
kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber kekuatan karena berpikir positif
dapat membantu kita memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu kita
bertambah mahir, percaya diri, dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengan
berpikir positif akan terbebas dari penderitaan dan pikiran negatif. Dengan
berpikir positif yang dilakukan oleh mahasiswa dapat mengatasi dan menurunkan
tingkat stres dalam masalah perkuliahan yang dijalaninya (Kholidah & Alisa,
2012; Pedrotti & Synder, 2015; Starllard, 2005; Wicaksana, 2005; Widuri,
1995).
Dengan demikian, berpikir positif sangat bermanfaat untuk mengatasi stres
mahasiswa adapun beberapa kegiatan atau upaya yang bisa dilakukan untuk
berpikir postif. Seperti di dalam lingkungan pertemanan lebih baik kita bergaul
dengan orang yang selalu berpikir positif karena dapat mempengaruhi pola pikir
kita, serta memperbanyak membaca buku yang berisi motivasi yang dapat
memperkaya nilai-nilai positif kita seperti buku tentang biografi
inspirasional, tokoh-tokoh pejuang yang telah membawa pengaruh positif bagi
lingkungan sekitarnya dan kehadiran mereka di dunia mampu menginspirasi orang
untuk berbuat baik.
Upaya lainnya dengan memberi pujian kepada orang lain, ini akan membantu
mempermudah kita melihat sisi baik dalam diri seseorang sehingga membuat kita
selalu berpikir positif dan jauh dari prasangka negatif. Dengan selalu
bersyukur kepada Allah akan semakin menumbuhkan sifat dan pikiran positif dalam
diri kita dan membuat hidup menjadi lebih mudah tidak seberat seperti yang
dipikirkan sebelumnya. Melatih diri dengan hal-hal positif seperti cara hidup
sehat untuk meningkatkan kualitas dalam diri kita. Istirahatlah yang cukup (7-8
jam sehari), dan berolahraga, akan sangat membantu dalam mengelola stres dengan
baik. Menjaga kesehatan fisik dan mental akan memberi kita lebih banyak energi
untuk fokus pada pemikiran positif dan mengabaikan pikiran negatif yang tidak
mendatangkan manfaat apa-apa.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berpikir positif cukup efektif untuk mengatasi stres
yang dialami oleh kalangan mahasiswa. Dengan menerapkan perilaku berpikir
positif terus menerus akan dapat menghasilkan perasaan yang positif sehingga
menimbulkan perilaku yang positif pula.
B.
Saran
Perilaku
berpikir positif sebaiknya digunakan sebagai kebutuhan hidup setiap individu,
tidak hanya sekadar gaya hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Albrecht, K. 1994. The Northbound
Train: Finding the purpose, setting the direction, shaping the destiny of your
organization. California, USA: American Management Association.
Amin, S. M. & Al-Fandi, H. 2007. Kenapa
Harus Stress Terapi Stress Ala Islam. Jakarta: Amzah.
Arifin. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen
Strategi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Diva Press.
Budiman, A. 2006. Kebebasan, negara,
dan pembangunan. Jakarta: Alvabet.
Davison, G. C., Neale, J. M. Dan Kring, A. M. 2006. Psikologi Abnormal (9th ed). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Elfiky, Ibrahim. 2011. Terapi
Berpikir Positif. Jakarta: Zaman.
Hardjana, Agus M. 1994. Stres tanpa
Distres, Seni Mengolah Stres. Yogyakarta: Kanisius.
Hawari, D. 1997. Alquran Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa.
Kholidah, E.
Nur., & Alsa, A. (2012). Berpikir Positif
untuk Menurunkan Stres Psikologis, Jurnal Psikologi, 39(1),
67 – 75.
Peale, N. V.
2006. Berpikir Positif. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Lopez, S. J.,
Pedrotti, J. T., & Snyder, C.R. (2015). Positive psychology: The
Scientific and practical explorations of human strengths (3rd ed).
London : SAGE Publications.
Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology Biopsychosocial Interactions (5th ed). USA: John
Willey & Sons Inc.
Siregar, C. J. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.
Spica, Bima. 2008. Perilaku Prososial Mahasiswa Ditinjau dari Empati dan Dukungan Sosial
Teman Sebaya. Skripsi. Universitas Katolik Soegidjapranata. Semarang.
Stallard, P. (2005). A
clinician’s guide to think good-feel good:Using CBT with children and young
people. West sussex: John Wiley & Sons.
Surisumantri. 2018. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.psikologi_pendidikan.com//html.
Takwin, Bagus. 2008. Diri dan Pengelolaannya. Jurnal Psikologi Vol. 14. Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problema Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan
Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
Wicaksana. 2005. Depresi dan Solusinya.
Diunduh dari http:// www.psychology.yahoo.com.
Widuri, E.L.
1995. Hubungan Religiusitas dan Stres
Pada Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Komentar
Posting Komentar